Rabu, 07 Januari 2015

Efektifkah Ujian Nasional Dalam Proses Pembelajaran?



S
etiap menjelang berakhirnya tahun ajaran, setiap instansi pendidikan (baik sekolah, Dinas Pendidikan dll) tentunya di sibukkan dengan penyelenggaraan yang rutin di lakukan setiap tahunnya yakni Ujian Nasional (UN). Mulai dari persiapan logistik (lembar soal) hingga persiapan administrasi peserta (UN) yang jauh-jauh hari di siapkan; seperti usulan calon peserta UN, BIOS UN (Biodata Peserta UN) dan juga kesanggupan setiap sekolah untuk menyelenggarakan UN. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah (dibaca MENDIKNAS) dalam upaya mencerdaskan bangsa, seperti yang tertuang dalam UUD 1945 yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Namun dibalik itu semua masih mengundang pro dan kontra dari beberapa pihak yang menjadikan UN sebagai standar kelulusan. Pasalnya UN di anggap kurang/tidak efektif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan fakta yang ada perbedaan standar kualitas sarana prasarana sekolah di Indonesia bagian Barat (Pulau Jawa khusunya) berbeda dengan wilayah Indonesia bagian Timur seperti Sulawesi, Maluku, Papua dll, dari segi tenaga pendidik dan kependidikan juga memiliki kualitas yang berbeda. Yang menjadi permasalahan adalah kurangnya perhatian pemerintah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah yang ada.

Dengan ketentuan standar nilai tertentu dalam UN sebagai syarat lulusnya sekolah malah semakin menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia justru semakin menurun. Dengan standar nilai yang ditentukan ini, bukan hanya siswa yang merasa terbebani dengan target harus mencapai standar tersebut, tidak jarang sekolahpun ikut berperan dalam memanipulasi nilai ujian sekolah para siswa agar mampu menutupi nilai UN jikalau kurang atau bahkan tidak mencapai standar nilai tersebut, bahkan ada yang nekat membayar dengan rupiah hanya demi kunci jawaban soal UN. Hal ini dilatar belakangi karena sekolah tidak ingin turun reputasinya hanya karena ada siswanya yang tidak lulus dalam Ujian Nasional. Karena dewasa ini reputasi sekolah dilihat dari seberapa banyak siswanya yang lulus dalam Ujian Nasional. Dengan demikian Ujian Nasional bukan hanya dijadikan sebagai barometer untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa melainkan juga sebagai alat ukur untuk mengetahui sekolah unggulan atau tidak.

Jika kita melihat lebih jauh lagi dari segi sarana dan prasana antara sekolah yang berada di pedesaan dengan yang berada di kota jelas sekali perbedaan kualitasnya, dimana sekolah yang berada di kota falisitasnya boleh dibilang menunjang atau bahkan sangat menunjang untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan suasana yang aman dan nyaman tentunya, dimana tidak ada ancaman ruang kelas yang roboh, ataupun yang lainnya. Kontras sekali dengan fasilitas sekolah yang berada di pedesaan dimana fasilitas serta sarana prasananya yang kurang menunjang untuk terciptanya suasana belajar yang aman dan nyaman. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan bagaimana kondisi setiap sekolah yang berada di pedesaan apakah sudah bisa memberikan kenyamanan bagi siswanya dalam proses belajar?

Berdasarkan berita yang di kutip dari detik.com besar dana yang di anggarkan oleh pemerintah untuk Ujian Nasional tahun 2013 lalu mencapai Rp. 543,4 miliar atau setengah triliun rupiah lebih untuk dana Ujian Nasional (UN) 2013. Anggaran ini setara dengan biaya per siswa Rp 39.000 dari total 14 juta siswa. Selain itu juga UN tahun 2013 yang lalu menjadi sorotan masyarakat karena keterlambatan pendistribusian soal yang menyebabkan terlambatnya penyelenggaraan UN di 11 Provinsi di Indonesia yang rencananya akan di gelar secara serentak di seluruh Indonesia. Padahal dengan anggaran sebesar itu bisa digunakan untuk memperbaiki sarana prasarana serta fasilitas di setiap sekolah yang mempunyai kekurangan agar dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan suasana yang nyaman serta memberikan rasa aman terhadap siswanya.
Lantas seberapa efektifkah Ujian Nasional (UN) dalam proses pembelajaran untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia ini? Setuju kah anda dengan adanya Ujian Nasional (UN) sebagai barometer pendidikan di Indonesia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar