Minggu, 04 Januari 2015

SANG KEKASIH SEJATI


          Pernahkah anda jatuh cinta? Setiap orang di dunia pasti pernah mengalami hal tersebut. Ketika sedang terkena “virus” ini, kita selalu merindukan si dia. Saat bertemu dengannya, kita pun betah untuk berlama-lama hanya untuk mengobrol ringan, bersenda gurau, ataupun mendengar curhat dari si dia. Waktupun terasa berjalan begitu cepat berlalu. Begitulah gambaran orang-orang yang sedang jatuh cinta, ingin selalu berdua dengan si dia. Nah, Allah swt adalah kekasih yang mengasihi kita apa adanya. Dia mengasihi kita tanpa mengharap apapun. Dia memaafkan apapun kesalahan kita, asal kita menyesalinya dengan sungguh-sungguh. Ampunan-Nya lebih besar dari dosa-dosa yang kita lakukan, dan kasih sayang-Nya jauh lebih besar dari yang kita harapkan. Dia adalah sang kekasih sejati yang mencintai kita, menyayangi kita, mengasihi kita, tanpa mengharap apapun dari kita. Dialah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Mahakarya tanpa apapun dari makhluk-Nya.

Saat melaksanakan qiyamul lail [1] , kita dapat bercengkerama (munajat) dengan Sang Kekasih Sejati, Allah swt, Tuhan yang Maha Esa, dalam suasana kedekatan yang “intim”. Hanya ada kita dan Allah swt. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita merasa nyaman dan senang dengan berlama-lama “berduaan” dengan-Nya.

Mungkin timbul pertanyaan dalam diri kita, “Kita bisa mencintai seseorang karena kita bisa melihat keindahannya. Lalu bagaimana dengan Allah swt yang tidak bisa kita lihat?” kita jawab begini, “Kita bisa saja mencintai dan bercengkerama dengan seseorang yang kita cintai tanpa melihat dirinya. Lihat saja fenomena saat ini, banyak remaja kita yang ber-SMS-an ria tanpa melihat dengan siapa dia berkomunikasi. Kita tak melihat dengan siapa ber-SMS, namun kita sudah merasa puas.” Lalu, kembali timbul pertanyaan dalam diri kita, “Jika dengan SMS,  kita bisa tanya jawab, bahkan curhat, melalui tulisan tanpa melihat lawan bicara kita, lalu bagaimana kita bercengkerama dengan-Nya? Kita tak tahu jawaban dari-Nya?” bisa kita jawab begini, “Apakah kita ragu bahwa Dia bisa mendengar segala yang kita ungkapkan? Bukankah Dia Maha Mendengar? Jika Maha Mendengar, tentunya Dia juga akan menjawab (mengabulkan) segala apa yng kita curahkan.” Kita yakin bahwa jawaban-Nya jauh melebihi yang kita duga. Ingat kasih sayang dan cinta-Nya jauh lebih besar dari yang kita perkirakan. Barangkali jawban dari kekasih kita lewat SMS hanyalah basa-basi ataupun rayuan gombal untuk sekedar menghibur kita. Namun apakah Dia juga begitu? Tidak, Dia selalu menepati janji-Nya, tak ada istilah rayuan gombal atau basa-basi menghibur dalam “kamus”-Nya. Dia lebih dekat dari urat nadi kita.

 وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ -١٦-
Dan sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dan Mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (Q.S Qaf [50] : 16)

Pendorong utama kita mau melaksanakan qiyamul lail adalah keimanan yang tebal. Bukankah iman yang tebal akan menambah kekhusuykan kita dalam beribadah? Nabi saw bersabda: “Iman adalah jika engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya: dan jika tidak mampu, maka Dia sungguh melihatmu.” Nah, inilah sebenarnya kunci yang bisa membuka hati dan pikiran agar mau mengerjakan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan buruk. Pada saat beribadah kepada-Nya kita harus benar-benar insaf bahwa Dia melihat kita. Kita diawasi oleh-Nya. Dia Maha Melihat kapan pun di mana pun kita berada.

Pernahkah anda memperhatikan seorang buruh atau karyawan? Tidak jarang seorang karyawan giat dan terlihat rajin bekerja saat ada majikan. Dia berharap, dengan bekerja keras, sang majikan akan menaikkan gajinya. Ketika sang majikan tidak ada, dia bekerja sekadarnya, bahkan sambil ngobrol dengan beberapa teman di sebelahnya. “Bukankah tak ada yang melihat?” begitu yang terlintas dalam pikirannya.

Namun sadarkah kita bahwa Allah  terus mengawasi gerak-gerik kita? Bahkan apa yang terlintas dalam pikiran juga diketahui oleh-Nya. Oleh karena itu, kita seharusnya sangat bersemangat untuk melaksanakan qiyamul lail karena Dia melihat kita. Kita ingin Dia melihat kita selalu dalam perbuatan baik. Kita usahakan sisa umur kita, yang tak diketahui sampai kapan, diisi dengan perbuatan-perbuatan terpuji. Kita yakin bahwa Dia akan “menggaji” kita, jauh dari hitungan matematis yang selama ini kita pahami.

Selanjutnya, iman yang kuat ini akan melahirkanrasa khusyuk. Kekhusyukan inalah yang menjadikan ibadah terasa nikmat. Andaikata kita melakukan shalat tanpa disertai kekhusyukan , misalnya sambil mengingat hal-hal lain, kita sebenarnya sedang “menghina” dan mencuekin Allah swt. Kok bisa? Coba bayangkan atau barangkali kita pernah mengalami. Ada seorang teman yang sedang bercerita atau curhat, namun ia mengatakannya sambil menoleh atau bermain-main dengan HP-nya, sedangkan kita menatapnya dengan antusias. Lalu apa kira-kira yang ada di pikiran kita? Teman tersebut kita anggap sebagai orang yang tidak sopan, bahkan menghina kita. Dia bercerita sambil menoleh atau bermain HP sama saja dengan main-main, tidak bersungguh-sungguh bahkan bisa jadi menghina kita.

Orang yang tubuhnya sedang shalat, sementara hati dan pikirannya sedang “di dapur”, “di kantor”, “di pasar”, “di kampus” dan seterusnya. Sama saja dengan orang yang mengobrol sambil main-main HP. Sadarkah Anda, saat kita beribadah (shalat), kita sebenarnya sedang bercengkerama dengan Sang Kekasih Sejati. Karena itu, ketika shalat kita usahakan seluruh pikiran kita terfokus dan konsentras hanya kepada-Nya. Untuk beberapa menit kita lupakan segala permasalahan kantor, tagihan telepon yang membengkak di bulan ini, dan seterusnya. Dalam waktu yang hanya beberapa menit ini, kita curahkan segala pikiran kita hanya untuk-Nya.



[1]  Qiyam artinya ‘berdiri’ atau ‘bangun’, sedangka al-lail berarti malam. Jadi, qiyamul lail bangun pada waktu malam untuk beribadah kepada Allah swt dengan berdzikir, membaca al-Qur’an, beritikaf, atau melaksanakan shalat sunnah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar